Laporan kunjungan monumen Pancasila sakti

MAKALAH
KUNJUNGAN MONUMEN PANCASILA SAKTI
JAKARTA

Disusun oleh:
Retno Dewi Afrika Sari
NIM: 170113020056
Kelas: AP M-259



POLITEKNIK LP3I JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
JAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah kunjungan Museum Pancasila Sakti ini dengan tepat waktu.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telat terlibat dalam mendorong dan membantu penulis dalam pelaksanaan penyusunan maklalah kunjungan Museum Pancasila Sakti, khususnya kepada:
Direktur Politeknik LP3I Jakarta, Bapak Drs. Jaenudin Akhmad, M.M., M.Pd.
Ketua Program Studi Administrasi Bisnis, Ibu Dra. Euis Winarti, M.M.
Kepala Bagian Administrasi Akademik, Ibu Isti Nuraini, S.E.
Dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, Ibu
Seluruh dosen Politeknik LP3I yang telah memberikan pembelajaran dan pengajaran mengenai Ilmu Pengetahuan
Kedua Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan motivasi
Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan, bantuan, kritik serta saran yang membangun dan tidak dapat di sebukan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah observasi Museum Pancasila Sakti ini jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis dengan senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun demi meningkatkan mutu makalah ini.



Akhir kata penulis berharap semoga makalah kunjungan Pancasila sakti ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya Mahasiswa Politeknik LP3I Jakarta.

Jakarta, 01 November 2019
Penulis

Retno Dewi Afrika Sari


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PKI merupakan partai komunias yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Anggotanya tercatat hingga lebih dari 3,5 juta di seluruh dunia. Pada era “Demokrasi Terpimpin”, kolaborasi anatara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis naswional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buru dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak.

Pada tahun 1951, D.N Aidit terpilih menjadi ketua PKI dan mulai menyusun program-program untuk membangkitkan kembali. Munculnya aktivitas OKI pada tahun 1951 mendorong kabinet sukiman melakukan penangkapan kader PKI. Kemudian pimpinan PKI mengubah stategi organisasi untuk melakukan penyusupan ke dalam angkatan bersenjata. Usaha tersebut membawa keberhasilan PKI menjadi salah satu partai besar di Indonesia pada tahun 1955 dari beberapa partai besar lainnya.

Pada tahun 1964 PKI melakukan penyerangan kepada pihak-pihak yang dianggap telah melawan melalui rapat-rapat umum, serta kampanye melaljui media massa dan poster propaganda. Kondisi politik indonesia semakin rumit akibat gerakan aksi PKI yang merugikan bangsa indonesia serta adanya konfrontasi PKI dengan Malaysia yang dianggap nsebagai proyek Nekolim (Neokolonialisme dan Imperialisme) oleh presiden Soekarno. Hal ini dimanfaatkan oleh PKI untuk dapat memperkuat diri.  Kemudian tuntuan PKI melalui aksinya di tampung oleh Front Nasional. PKI mengusulkan pembentukan Angkatan Lima yang terdiri dari kaum buruh dan tani, serta berdiri sendiri lepas dari ABRI. Pertemuan yang diadakan pada tanggal 17 Januari 1965 membahas untuk melatih dan mempersenjatai soko guru revolusi (kaum buruh dan tani) untuk menghadapi Nekolim. Namu, usulan ni di tolak oleh Angkatan Darat karena akan menimbulkan kecurigaan antara militer dengan PKI. Musuh yang berbahaya bagi PKI adalah Angkatan Darat, sehingga PKI berusaha untuk mengakmbinghitamkan Angkatan Darat dengan aksi sepihak.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, antara lain :
Apa sajakah yang terdapat di monumen Pancasila Sakti?
Apa yang dimaksud dengan peristiwa G30S/PKI?
Bagaimana kronologi peristiwa G30S/PKI?
Siapa sajakah yang menjadi korban dari peristiwa G30S/PKI?

Tujuan Kunjungan
Adapun Tujuan dari makalah ini, sebagai berikut:
Untuk mengetahui museum yang terdapat di monumen Pancasila Sakti.
Untuk mengetahui peristiwa G30S/PKI
Untuk mengetahui kronologi peristiwa G30S/PKI
Untuk mengetahui yang menjadi korban peristiwa G30S/PKI


BAB II
PROFIL MUSEUM

Perjuangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), khususnya TNI-AD dalam mempertahankan Pancasila sebagai Ideologi negara dan bangsa, menjadikan Partai Komunis Indonesia (PKI) semakin memusuhi TNI-AD. Akhirnya PKI melakukan penculikan dan pembunuhan kerji terhadap beberapa Perwira Tinggi TNI-AD dalam peristiwa G 30S / PKI pada tanggal 1 Oktober 1965. Perwira-perwira tersebut dibunuh, kemudian jenazahnya di kuburkan dalam sebuah sumur di Desa Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Sebagai penghargaan kepada mereka pemerintah Republik Indonesia memberi gelar Pahlawan Revolusi. Oleh karena itu untuk mengenang, menghormati, dan menghargai jasa-jasa para pahlawan Revolusi, Jendral TNI Soeharto sebagai menteri/Panglima Angkatan Darat, mempunyai gagasan untuk membangun monumen sekaligus peringatan bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya bagi generasi muda terhadap Laten Komunis, sehingga peristiwa serupa tidak akan terulang kembali. Monumen ini di bangun diatas areal tanah seluas 14,6 hektar pada pertengahan Agustus 1967 yang diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1973 oleh Presiden Soeharto bertepatan dengan hari Peringatan Kesaktian Pancasila. Sejak itu berdasarkan surat Keputusan Menpangad No. Keo 977/9/1966 tanggal 17 September 1966, setiap tahun dimulai tradisi Hari Peringatan Kesaktian Pancasila. Bersama dengan pembangunan Monumen ini di bagun pula cungkup umur, yang digunakan untuk menguburkan jenazah tujuh Pahlawan Revolusi oleh PKI.
PKI melakukan kekejaman tidak hanya di Jakarta tetapi di beberapa daerah di Indonesia, diantaranya di Madiun. Untuk menvisualisasikan kekejaman tersebut dibangunlah Museum Pengkhianatan PKI (Komunis). Pembangunan museum ini diatas prakarsa Kepala Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, Brigjen TNI Prof. Dr. Nugruhi Notosusanto dan disetujui oleh Menhankam/Pangab Jendral TNI M. Yusuf dan Presiden Soeharto. Museum yang diresmikan pada 1 oktober 1992 oleh Presiden Soeharto ini, menyajikan peristiwa-peristiwa kekejaman PKI dalam bentuk diorama, yaitu penyajian tiga dimensi yang berjumlah 34 diorama.
Disamping itu, di Monumen Pnacasila Sakti juga terdapat Museum Pancasila Sakti yang menyajikan 9 buah diorama mulai dari rapat persiapan pemberontakan sampai dengan tindak lanjut pelarangan PKI oleh pemerintah dan tiga rumah bersejarah, yang pernah digunakan oleh PKI, yaitu rumah penyiksaan, rumah pos komando, dan dapur umum.
Untuk melengkapi koleksi yang ada, di Monumen  Pancasila Sakti juga disajikan benda-benda bersenjata lainnya, antara lain pakaian-pakaian asli milik 7 pahlawan Revolusi di ruang relik, dan kendaraan-kendaraan yang ada di pameran taman, yaitu Panser Saraceen yang digunakan untuk membawa satu jenazah Pahlawan Revolusi ke Taman Makan Pahlawan Kalibata, replica Truk Dodge yang digunakan oleh anggota-anggota PKI untuk membawa jenazah Jendral D.I. Pandjaitan ke desa Lubang Buaya, Jeep Toyota Kanvas, kendaraan dinas pangkostrad dan sedan, kendaraan dinas Men/Pangad Jendral TNI Ahmad Yani.
Monumen Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) terletak di Jalan Raya Pondok Gede Desa Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Monumen Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) Museum Satriamandala buka untuk umum, setap hari mulai pukul 09.00-16.00 WIB, kecuali hari senin tutup.
Harga tiket masuk Monumen Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) antara lain dewasa perorangan Rp. 4.000,-; rombongan (minimal 40 orang) Rp. 3.000,-; anak-anak/pelajar/mahasiswa/pramuka perorangan Rp. 2.500,-; rombongan ( minimal 40 orang) Rp. 2.000.-; dan untuk setia HUT TNI 5 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November yaitu bebas biaya masuk. Bagian penerangan terletak di Gedung Paseban. Dan bagi pengunjung rombongan maupun perorangan yang membutuhkan pemandu (pramuwidya) Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dapat menghubungi bagian penerangan.



BAB III
PEMBAHASAN
Museum Pancasila Sakti
Monumen Pancasila Sakti berbentuk setengah lingkaran yang diatasnya berdiri 7 patung Jenderal pahlawan revolusi yang salah satu menunjuk ke arah sumur di depan monumen. Yang menjadi latar belakang adalah sebuah dinding besar, yang di sisi atasnya terdapat patung garuda pancasila. Terdapat pula relief yang menceritakan tentang peristiwa gerakan 30 september PKI.

Relief menceritakan mulai dari kekejaman PKI dalam menyiksa para Jenderal, lalu menimbun mayat ke dalam sumur. PKI juga digambarkan melakukan kekejaman kepada rakyat Indonesia. Kemudian relief TNI menumpas gerakan PKI di bawah komando Pangkostrad Soeharto

Dan relief berakhir dengan menunjukkan sosok seorang Soeharto. Menggambarkan sebagai sosok penyelamat rakyat dari kebiadaban PKI. Di depan monumen terdapat semacam pelataran atau altar yang biasa digunakan pengunjung monumen untuk mengabadikan gambar di depan monumen.
Adapun tempat-tempat yang terdapat di Monumen Pancasila Sakti, antara lain:
Sumur maut
Terletak persis di depan monumen adalah sumur lubang buaya. Sumur yang digunakan untuk membuang mayat para Jenderal. Sumur ini berdiameter 75 cm dan memiliki kedalaman sekitar 12 meter. Di kiri kanan sumur terdapat pagar yang membatasi pengunjung untuk menghindarkan pengunjung untuk membuang seseuatu ke dalam sumur. Di sebelah sumur juga terdapat semacam prasasti kecil yang menjelaskan tentang sumur maut ini.
Keberadaan sumur ini pada saat terjadi peristiwa 30 September sebenarnya sangat misterius. Sebab keberadaan sumur tidak diketahui karena PKI menghapus jejak dengan membuat puluhan sumur yang serupa. Sumur lubang buaya yang asli pada saat peristiwa 30 Semptember ditimbun dengan tanah dan sampah, kemudian di atasnya dijadikan jalan yang digunakan untuk lalu lalang kendaraan. Itulah yang membuat keberadaan sumur ini tidak diketahui.

Yang mengetahui letak sumur ini adalah seorang petugas kepolisian yang pada saat peristiwa 30 september berkeliling di kompleks lubang buaya. Tanpa diketahui oleh pasukan PKI petugas kepolisian ini menyaksikan perbuatan kejam PKI ini. Benda-benda kepunyaan petugas kepolisian ini masih tersimpan di ruang paseban. Diantaranya sepeda yang digunakan untk berkeliling dan senjata api serta pentungan dari kayu.

Rumah penyiksaan
Persis di samping sumur lubang buaya terdapat rumah tempat penyiksaan para Jenderal. Rumah ini merupakan rumah salah satu simpatisan PKI. Jenderal-jenderal yang diculik oleh pasukan Cakrabirawa dan pasukan PKI ini ditawan di rumah tersebut. Kemudian diinterogasi perihal isu resolusi dewan Jenderal yang berencana untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Hingga akhirnya para Jenderal ini dibunuh dan mayatnya dimasukkan ke dalam sumur yang digali tepat di samping rumah tersebut.

Rumah yang terdapat pada kompleks monumen pancasila saat ini merupakan rumah tiruan, rumah asli sudah hancur saat penyerbuan TNI ke lubang buaya. Dalam rumah terdapat diorama yang menggambarkan tentang penyiksaan yang terjadi pada malam 30 September 1965. Terdapat beberapa orang yang menginterogasi. Masing-masing jenderal ditutup matanya kemudian disiksa. Dalam diorama, para Jenderal dibawa hanya mengenakan baju tidur biasa dan ada yg berkain sarung

Museum pengkhianatan PKI
Persis di samping sumur lubang buaya terdapat rumah tempat penyiksaan para Jenderal. Rumah ini dulunya merupakan rumah salah satu simpatisan PKI. Jenderal-jenderal yang diculik oleh pasukan Cakrabirawa dan pasukan PKI ini ditawan di rumah tersebut. Kemudian diinterogasi perihal isu resolusi dewan Jenderal yang berencana untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Hingga akhirnya para Jenderal ini dibunuh dan mayatnya dimasukkan ke dalam sumur yang digali tepat di samping rumah tersebut.

Rumah yang terdapat pada kompleks monumen pancasila saat ini merupakan rumah tiruan, rumah asli sudah hancur saat penyerbuan TNI ke lubang buaya. Dalam rumah terdapat diorama yang menggambarkan tentang penyiksaan yang terjadi pada malam 30 September 1965. Terdapat beberapa orang yang menginterogasi. Masing-masing jenderal ditutup matanya kemudian disiksa. Dalam diorama, para Jenderal dibawa hanya mengenakan baju tidur biasa dan ada yg berkain sarung



Ruang Pamer Terbuka
Selain ruangan yang tertutup, Monumen Pncasila juga memiliki area pameran terbuka. Beberapa benda yang memiliki peranan dalam peristiwa G30SPKI dipajang di beberapa tempat di area di sekitar monumen. Salah satu yang dipamerkan misalnya kendaraan angkut yang digunakan untuk mengangkut pasukan yang memberantas pemberontakan PKI di Lubang Buaya. Juga Tank yang diletakkan di sisi jalan masuk menuju kompleks Monumen.

Beberapa benda yang dipajang merupakan benda benda yang berukuran besar yang sulit jika harus dimasukkan ke dalam arena Museum. Selain kendaraan tempur dan tank, terdapat juga senjata berat seperti senjata artileri. Dari beberapa benda yang terpajang hampir semuanya sudah tidak berfungsi.

Koleksi-koleksi yang terdapat di Monumen Pancasila Sakti
Berikut beberapa contoh koleksi Monumen Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan Komunis serta ruang pameran Paseban:
Ruang Intro
Dalam ruang terdapat 3 mozaik foto yang masing-masing menggambarkan:
Kekejaman PKI terhadap bangsa sendiri dalam pemberontakan Madiun.
Penggalian jenazah korban keganasan PKI dalam Gerakan 30 September 1965
Pengadilan gembong-gembong G.30.S/PKI oleh Mahkamah Militer Luar Biasa
Diorama
Peristiwa tiga daerah (4 November 1945)
Pemberontakan PKI di madiun (18 November 198)
Pembunuhan di Kawedenan Ngawen(Blora) (20 November 1948
Peristiwa Tanjung Morawa (16 Maret 1953)
Kampanye budaya PKI (25 Maret 1963)
Rongrongan PKI terhadap ABRI (1964-1965)
Peristiwa Kanigoro (13 Januari 1965)
Peristiwa Bandar Betsy (14 Mei 1965)
Pawai ofensif Revolusioner PKI di Jakarta (23 Mei 1965)
 Penyerbuan gubernurawan di Jawa Timur (27 September 1965)
 Rapat-rapat persiapan pemberontakan
 Latihan sukarelawan di Lubang Buaya 5 Juli-30 September
 Penculikan Man/Pangad Letjen TNI A. Yani (1 Oktober 1965)
 Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
 Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober 1965)
 Pengangkatan jenazah (4 Oktober 1965)
 Tindak lanjut pelarangan Partai Komunis Indonesia (26 Juni 1982)
 Foto paara Pahlawan Revolusi
 Ruang teater
 Ruang relik
 Ruang pameran foto

Rumah-rumah bersejarah
Rumah Diorama Penyiksaan
Rumah Pos Komando
Dapur Umum
Mobil dinas Pangkostrad Mayor Jendral TNI Soeharto
Truk Dodge
Panser Saraceen
Peristiwa G30S/PKI
Pada hari Jum’at tanggal 1 Oktober 1965 secara berturut-turut RRI Jakarta menyiarkan berita penting. Sekitar pukul 7 pagi memuat berita bahwa pada hari Kamis tanggal 30 September 1965 di Ibukota RI, Jakarta, telah terjadi “ gerakan militer dalam AD “ yang dinamakan “ Gerakan 30 September”, dikepalai oleh Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalion Cakrabirawa, pasukan pengawal pribadi Presiden Soekarno.

Sekitar pukul 13.00 hari itu juga memberitakan “ dekrit no 1” tentang “pembentukkan dewan revolusi Indonesia” dan “keputusan no.1” tentang “susunan dewan revolusi Indonesia”. Baru dalam siaran kedua ini diumumkan susunan “komandan”, Brigjen Soepardjo, Letnan Kolonel Udara Heru, Kolonel Laut Soenardi, dan Ajun komisaris besar polisi Anwas sebagai “wakil komandaan”.

Pada pukul 19.00 hari itu juga RRI Jakarta menyiarkan pidato radio Panglima Komando TJadangan Strategis Angkatan Darat, Mayor Jendral Soeharto, yang menyampaikan bahwa gerakan 30 September tersebut adalah golongan kontra revolusioner yang telah menculik beberapa perwira tinggi AD, dan telah mengambil alih kekuasaan Negara dari presiden/panglima tertinggi ABRI/pemimpin besar revolusi dan melempar Kabinet DWIKORA ke kedudukan demisioner.

Latar belakang G30S/PKI perlu ditelusuri sejak masuknya paham komunisme/marxisme-leninisme ke Indonesia awal abad ke-20 ,penyusupanya kedalam organisasi lain, serta kaitannya dengan gerakan komunisme intenasional. Dalam hal-hal yang mendasar dari politik PKI di Indonesia terbukti merupakan pelaksanaan perintah dari pimpinan gerakan komunisme internasional.
Persiapan PKI :
Membentuk biro khusus di bawah pimpinan Syam Kamaruzman. Tugas biro khusus adalah merancang dan mempersiapkan perebutan kekuasan.
Menuntut dibentuknya angkatan ke-5 yang terdiri atas buruh dan tani yang dipersenjatai
Melakukan sabotase, aksi sepihak, dan aksi teror. Sabotase terhadap transportasi kereta yang dilakukan aksi buruh kereta api ( Januari-Oktober 1964 ).
Melakukan aksi fitnah terhadap ABRI khususnya TNI-AD yang dianggap sebagai penghambat pelaksanaan programnya yaitu dengan melancarkan isu dewan jendral.
Melakukan latihan kemiliteran di lubang buaya pondok gede jakarta.

Kronologi peristiwa G30S/PKI
Peristiwa G30S PKI bermula pada tanggal 1 Oktober. Dimulai dengan kasus penculikan 7 jendral yang terdiri dari anggota staff tentara oleh sekelompok pasukan yang bergerak dari Lapangan Udara menuju Jakarta daerah selatan. Tiga dari tujuh jenderal tersebut diantaranya telah dibunuh di rumah mereka masing-masing, yakni Ahmad Yani, M.T. Haryono dan D.I. Panjaitan. Sementara itu ketiga target lainya yaitu Soeprapto, S.Parman dan Sutoyo ditangkap secara hidup-hidup. Abdul Harris Nasution yang menjadi target utama kelompok pasukan tersebut berhasil kabur setelah berusaha melompati dinding batas kedubes Irak.

Meskipun begitu, Pierre Tendean beserta anak gadisnya, Ade Irma S. Nasution pun tewas setelah ditangkap dan ditembak pada 6 Oktober oleh regu sergap. Korban tewas semakin bertambah disaat regu penculik menembak serta membunuh seorang polisi penjaga rumah tetangga Nasution. Abert Naiborhu menjadi korban terakhir dalam kejadian ini. Tak sedikit mayat jenderal yang dibunuh lalu dibuang di Lubang Buaya.
Sekitar 2.000 pasukan TNI diterjunkan untuk menduduki sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Lapangan Merdeka, Monas.  Walaupun mereka belum berhasil mengamankan bagian timur dari area ini. Sebab saat itu merupakan daerah dari Markas KOSTRAD pimpinan Soeharto.

Jam 7 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan yang berasal dari Untung Syamsuri, Komandan Cakrabiwa bahwa G30S PKI telah berhasil diambil alih di beberapa lokasi stratergis Jakarta beserta anggota militer lainnya. Mereka bersikeras bahwa gerakan tersebut sebenarnya didukung oleh CIA yang bertujuan untuk melengserkan Soekarno dari posisinya.
Tinta kegagalan nyaris saja tertulis dalam sejarah peristiwa G30S/PKI. Hampir saja pak Harto dilewatkan begitu saja karena mereka masih menduga bahwa beliau bukanlah seorang tokoh politik.

Selang beberapa saat, salah seorang tetangga memberi tahu pada Soeharto tentang terjadinya aksi penembakan pada jam setengah 6 pagi beserta hilangnya sejumlah jenderal yang diduga sedang dicuilik. Mendengar berita tersebut, Soeharto pun segera bergerak ke Markas KOSTRAD dan menghubungi anggota angkatan laut dan polisi.
Soeharto juga berhasil membujuk dua batalion pasukan kudeta untuk segera menyerahkan diri. Dimulai dari pasukan Brawijaya yang masuk ke dalam area markas KOSTRAD. Kemudian disusul dengan pasukan Diponegoro yang kabur menuju Halim Perdana Kusuma.

Karena prosesnya yang berjalan kurang matang, akhirnya kudeta yang dilancarkan oleh PKI tersebut berhasil digagalkan oleh Soeharto. Sehingga kondisi ini menyebabkan para tentara yang berada di Lapangan Merdeka mengalami kehausan akan impresi dalam melindungi Presiden yang sedang berada di Istana.

Korban peristiwa G30S/PKI
Adapun perwira yang menjadi korban keganasan PKI, diantaranya:
Jenderal TNI Ahmad Yani
Pria kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, 19 Juni 1922 ini merupakan Panglima Angkatan Darat ke-6 pada era Presiden Soekarno. Sebanyak 200 orang penculik, mencoba mengepung rumah Yani di Jalan Latuhahary No. 6 di pinggiran Jakarta Menteng, Jakarta Pusat. Akhirnya dia dibunuh dan mayatnya dibuang ke dalam Lubang Buaya, 1 Oktober 1965.
Letnal jendral R. Suprapto
Salah satu korban dalam G30S/PKI ini menjadi salah satu petinggi Angkatan Darat yang menjadi sasaran utama para komunis itu. Letnan Jenderal R. Suprapto dijemput oleh pasukan Cakrabiwara dari kediamannya dengan alasan dipanggil Presiden Soekarno. Tetapi, tidak satupun anggota keluarga yang mengetahui hal itu. Karena, para keluarganya sedang tidur nyenyak. Sejak saat itu, Suprapto tidak pernah pulang lagi ke rumah. Pada 3 Oktober 1965 dini hari, mayatnya ditemukan bersama korban lainnya di dasar sumur Lubang Buaya.
Letnal jendral M.T. Haryono
Mas Tirtodarmo Haryono merupakan Jenderal bintang tiga kelahiran Surabaya, 20 Januari 1924. Beliau dijemput paksa oleh anggota Cakrabirawa, yang menyebut diri mereka adalah Gerakan 30 September. Sekitar pukul 08.00, sekelompok orang melepaskan tembakan ke arah rumah Haryono di Jalan Prambanan No 8. Meski sempat berusaha kabur, beliau ditembak mati oleh para penculik tersebut. Kemudian, mayatnya diseret melalui kebun, dan tubuhnya dibawa ke salah satu truk yang menunggu dibawa ke Lubang Buaya. Jenazahnya disembunyikan di sumur bekas bersama dengan mayat para jenderal lainnya yang juga dibunuh.
Letnal jendral S. Parman
Dijemput dari rumahnya yang berada di jalan Syamsurizal no. 32, sekira pukul 04.10 WIB. Sebanyak 24 pria berseragam seragam Tjakrabirawa (Istana Garda). Siswondo Parman dimasukkan ke dalam truk dan dibawa ke basis gerakan di Lubang Buaya.Pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918 ini dan bersama dengan tentara lainnya ditangkap hidup-hidup. Setelah itu, ditembak mati dan dibuang ke sumur bekas atau Lubang Buaya.
Mayor jendral D.I Pandjaitan
Saat malam hari Mayor Jendral D.I Pandjaitan turun dari lantai dua rumahnya yang berada di Jalan Hassanudin, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Perwira kelahiran Sumatera Utara, 9 Juni 1925, menemui gerombolan PKI dengan menggunakan seragam yang lengkap. Sambil berjalan, beliau berdoa dan menyerahkan diri kepada Yang Maha Esa untuk memenuhi panggilan tugas yang dimanupalasi oleh pasukan PKI. Setelah tiba, akhirnya D.I Panjaitan ditembak mati dan mayatnya dimasukkan ke dalam truk dan dibawa kembali ke markas gerakan di Lubang Buaya.
Mayor jendral Sutoyo Siswomiharjo
Lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada tanggal 28 Agustus 1922. Sutoyo Siswomiharjo pernah menjabat sebagai inspektur kehakiman/jaksa militer utama pada tahun 1961.
Dini hari tanggal 1 Oktober 1965, anggota Gerakan 30 September yang dipimpin oleh Sersan Mayor Surono masuk ke dalam rumah Sutoyo di jalan Sumenep, Menteng, Jakarta Pusat. Seperti yang dialami rekan-rekannya, beliau dibawa dengan alasan mendapat panggilan dari Presiden Soekarno. Tetapi, ternyata Sutoyo dibawa ke markas PKI. Kemudian dibunuh dan mayatnya dilempar ke dalam sumur di Lubang Buaya.
Kapten Pierre Tendean
Pierre Tendean merupakan salah satu perwira militer yang ikut menjadi korban salah tangkap G30S/PKI. Pasalnya, yang menjadi sasaran utama bukanlah Kapten Pierre Tendean. Melainkan Jenderal Besar TNI (Purn) Abdul Haris Nasution. Tendean yang sedang tidur di ruang belakang rumah Jenderal Nasution terbangun karena suara tembakan dan ribut-ribut. Kemudian, beliau berlari ke bagian depan rumah. Melihat kondisi rumah yang gelap, pasukan G30S/PKI yang mengira dirinya sebagai Nasution dan membawanya kerumah kosong di daerah Lubang Buaya. Dia meninggal setelah menerima tembakan dari anggota PKI. Tak lama, mayatnya dan enam perwira lainnya dibuang ke dalam sumur tua.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Monumen Pancasila Sakti merupakan tempat bersejarah yang dapat menjadi tempat untuk mengembangkan wawasan mengenai sejarah Indonesia. Sejarah G30S/PKI ini sangatlah penting untuk generasi muda. Pentingnya bagi generasi muda ini agar dapat memberikan pembelajaran supaya kejadian dari G30S/PKI ini tidak terulang kembali. Selain itu, monumen Pancasila Sakti dapat memberikan pembelajaran dan mengetahui bagaimana perjuangan para pahlawan untuk menjaga persatuan Indonesia. Serta dapat memberikan pembelajaran kepada generasi muda untuk dapat menghargai dan memberikan apresiasi terhadap Pahlawan Revolusi.

Saran
Mengingkatkan minat para generasi muda untuk dapat memberikan penghargaan kepada Pahlwan Revolusi dengan mengunjungi Monumen bersejarah
Menjaga dan menjujung tinggi sejarah Indonesia
Menghindari terjadinya gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia


Lampiran

Patung garuda dan Para Pahlawan revolusi

Sumur maut (Lubang untuk penguburan mayat para Pahlawan)








Rumah penyiksaan



Pos komando

Dapur umum

Kunjungan monumen Pancasila Sakti

Komentar